Profile Kelurahan Harjosari
Aris Setyawan, S.STP, MM. (Lurah Harjosari)
Sutiyem, S.E (Sekretaris Lurah)
Walyanto, S.H. (Bendahara Lurah)
Sri Ngatmiati
Foto Bersama Pegawai Kelurahan
KELURAHAN
HARJOSARI
Harjosari adalah sebuah
nama Kelurahan di Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Karena
Harjosari merupakan sebuah Kelurahan, maka Kelurahan Harjosari di pimpin oleh
Lurah yang ditentukan dan dipilih Bupati. Lurah dapat diganti sewaktu-waktu
sesuai dengan surat tugas dari Bupati. Jumlah penduduk per tahun 2015 kurang
lebih 9199 jiwa yang mayoritas bekerja sebagai buruh pabrik, petani, pedagang,
dan pekerjaan lainnya.
Kelurahan Harjosari
memiliki 9 (Sembilan) lingkungan:
1. Lingkungan Kerban
2. Lingkungan Pancoran
3. Lingkungan Glodogan
4. Lingkungan Kadipaten
5. Lingkungan Sekuro
6. Lingkungan Gandekan
7. Lingkungan Harjosari
8. Lingkungan Merak Rejo
9. Lingkungan Bapang
Masing-masing
lingkungan di pimpin oleh bapak RW yang mengepalai setiap RT yang ada,
1.
Lingkungan
Kerban di pimpin oleh Bp. Sumardi.
2.
Lingkungan
Pancoran di pimpin oleh Bp. Sukardi.
3.
Lingkungan
Glodogan di pimpin oleh Bp. Darwanto.
4.
Lingkungan
Kadipaten di pimpin oleh Bp. Agus Sutrisno.
5.
Lingkungan
Sekuro di pimpin oleh Bp. Narto.
6.
Lingkungan
Gandekan di pimpin oleh Bp. Sutrisno.
7.
Lingkungan
Harjosari di pimpin oleh Bp. Andi.
8.
Lingkungan
Merak Rejo di pimpin oleh Bp. Slamet.
9.
Lingkungan
Bapang di pimpin oleh Bp. Sutrisno.
Secara geografis
Kelurahan Harjosari adalah perbukitan dan masih banyak membentang sawah dan
ladang dan untuk sebelah barat di batasi Gunung Kendalisodo yang masih dianggap
kramat oleh masyarakat sekitar. Meskipun Kelurahan Harjosari dikelilingi oleh
banyak pabrik namun suasananya masih cukup sejuk.
Perbatasan
Kelurahan Harjosari
Batas
|
Desa/
Kelurahan
|
Kecamatan
|
Sebelah
Utara
|
Samban,
Randugunting
|
Bergas
|
Sebelah
Selatan
|
Doplang,
Bawen
|
Tuntang
|
Sebelah
Timur
|
Bawen,
Lemah Ireng
|
Pringapus,
Tuntang
|
Sebelah
Barat
|
Samban,
Poncoruso
|
Bandungan
|
Mata
pencaharian penduduk
Mayoritas penduduk
bekerja sebagai petani dan buruh pabrik, ada juga yang berprofesi sebagai PNS,
Pengrajin industri rumah tangga, pedagang, peternak dan dokter swasta.
Adat
istiadat
Banyak kegiatan adat
yang masih dilakukan oleh masyarakat di sini, seperti Nyadran di makam leluhur(punden) yang dilakukan setiap setahun
sekali dan diikuti oleh warga sekitar. Kenduri yang dilakukan ketika peristiwa
penting, seperti malam tahun baru jawa dan dilaksanakan tempat yang lapang di
sekitar Harjosari. Biasanya acara tersebut di pimpin oleh mbah sarekat atau
orang yang di tuakan dan dihormati serta para tokoh masyarakat sekitar.
Untuk adat turun
menurun masih berlaku baik, seperti gotong royong, kerja bakti. Untuk ritual
kematian kiranya masih sama dengan tempat lain seperti tahlilan 7 hari setelah kematian dan 40 hari, setahun, dan nyewu yang diisi dengan tahlilan karena mayoritas penduduk
islam.
Pendidikan
Dari segi pendidikan
rata-rata hanya sampai pada jenjang
pendidikan SMA/sederajat, diploma dan
sarjana ada tapi hanya beberapa saja. Ada juga yang putus sekolah karena
berbagai hal, misalnya kurangnya biaya dan tidak ada dukungan dari keluarga.
Agama
Mayoritas islam tapi
ada beberapa yang beragama katolik, kristen, dan kepercayaan kepada Tuhan YME.
Meskipun berbeda-beda kepercayaan masyarkat mengenai tuhan namun mereka tetap
saling menghotmati dan menerima perbedaan pemahaman antara satu dengan yang
lain. Serta saling membantu dalam kinerjanya demi memberi penjelasan mengenai
pentingnya menjadi manusia yang beragama.
Sejarah
singkat Kelurahan Harjosari
Kenyataan
dalam perang antara Belanda dan Mataram di daerah sekitar, menjadikan kerajaan
mataram lemah. Para prajuirt Mataram banyak yang gugur karena menjadi sasaran
peluru pasukan Belanda. Yang masih selamat tidak berani untuk menampakkan diri,
karena khawatir jika bertemu pasukan Belanda dan para mata-mata belanda. Semua prajurit
bersembunyi ditempat masing-masing. Meskipun persembunyian terlihat dekat namun
ternyata jauh. Tempat itu terletak di antara gunung Kendalisada dan gunung Penggung
yang masih berupa hutan lebat, para prajurit membangun dan membuka lahan untuk
persawahan. Tempat itu semakin lama semakin ramai (reja). Setelah terlihat
subur dan tertata mereka (Belanda) baru sadar jika itu merupakan prajurit
mataram yang selamat.
Ada
abdi kerajaan yang sangat setia dari mataram yang terpisah dengan tuannya,
meskipun beliau seorang abdi namun dia juga termasuk prajurit, beliau juga
memiliki tanggung jawab untuk menjaga ketentraman kerajaan. Abdi tersebut
bernama Kyai Gandhik, “Gandhik” sama artinya dengan abdi, beliau menjadi kyai semenjak
memiliki tugas untuk mengajarkan agama kepada tuannya. Dan ketika terjadi
peperangan, Kyai Gandhik bertugas menjaga kuda-kuda perang yang dikendarai oleh
tuanya, sehingga beliau disebut Kyai Srati.
Kyai
Gandhik bersama-sama dengan prajurit lainnya tetap tinggal dan menetap sejauh 2
km dari timur gunung Kendalisada. Termpat itu letaknya di pinggir jalan
sehingga lama-kelamaan menjadi ramai (reja) dan sari, maka tempat itu dinamakan
HARJOSARI.
Komentar
Posting Komentar